Latar
Belakang
Pati merupakan
polisakarida yang terakumulasi didalam jaringan tanaman. Pati
merupakan campuran daru dua polimer glukosa yaitu amilosa dan amilopektin. Struktur amilosa
berupa rantai lurus tidak bercabang yang tersusun dari unit D-glukosa dengan ikatan
glikosida α-1,4 sedangkan amilopektin memiliki dua struktur yaitu rantai utama berupa rantai lurus seperti amilosa
dan rantai cabang yang terkait
dengan rantai utama melalui ikatan glikosida α-1,6. Pati
memiliki nilai komersial. Pati digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai
industri makanan, kertas, tekstil, farmasi, dan lain sebagainya. Tahap penting
dalam penggunaan pati di berbagai industri adalah hidrolisis pati. Produk yang
dihasilkan dalam hidrolisis pati adalah glukosa atau maltosa, maltodekstrin,
dan derivatnya (Bertolini 2010).
Hidrolisis
amilum menjadi monomer glukosa dapat dilakukan oleh enzim amilase. Enzim
amilase terdiri dari α-amilase, β-amilase, dan glukoamilase. α-amilase (EC
3.2.1.1) adalah endoenzim ekstraseluler yang memutus ikatan α-1,4 glukosidik
pada amilum menghasilkan α-maltosa.
β-amilase (EC 3.2.1.2) adalah eksoenzim ekstraseluler yang memutus
ikatan α-1,4 glukosidik dari akhir non pereduksi menghasilkan β-maltosa.
Glukoamilase (EC 3.2.1.3) berfungsi memutus ikatan α-1,4 dan α-1,6 glukosidik dari
akhir non pereduksi menghasilkan β-glukosa (Park 2008).
Sumber enzim amilase adalah saliva. Selain itu, pada
beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa mikroba juga dapat menghasilkan
enzim amilase. Beberapa spesies bakteri yang telah diketahui mampu menghasilkan
amilase diantaranya Bacillus flavothermus, B.
subtilis, B. cereus, Bacillus sp., dan vibrio sp. (Annamalai 2011).
Berdasarkan hal tersebut maka enzim amilase dapat diproduksi secara cepat dan
dalam jumlah banyak dengan memanfaatkan kultur mikroba.
Aktivitas enzim amilase dapat diukur dari substrat yang
digunakan maupun dari produk yang dihasilkan. Metode kolorimetri dapat
digunakan dalam mengukur kadar gula pereduksi sebagai produk dari hidrolisis
pati. Salah satu reagen yang digunakan dalam metode kolorimetri tersebut adalah
3.5-dinitrosalicylic acid (DNS). Prinsip
reagen DNS adalah berikatan dengan gula pereduksi membentuk 3-amino
nitrosalicylic acid dan gula teroksidasi (Wood et
al 2012).
Reaksi akan terjadi jika ditempatkan dalam air yang mendidih (105oC)
dan reaksi akan berhenti jika ditempatkan dalam air dingin (Gocalves et
al
2010). Aktivitas enzim amilase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang
digunakan dalam menghasilkan 1 µmol gula pereduksi maltosa per menit (Bano et
al
2011).
Enzim akan diproduksi oleh sel jika terdapat substrat. Bacillus
subtilis telah
diketahui mampu menghasilkan enzim α-amilase.
Pada
praktikum ini dilakukan pembuatan kultur Bacillus subtilis
dalam
medium Nutrient Broth yang ditambah dengan pati dan pembuatan kultur Bacillus
subtilis dalam
medium Nutrient Broth tanpa penambahan pati. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat diamati perbedaan fisiologi dari Bacillus
subtilis yang
ditumbuhkan dalam medium yang berbeda.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk menguji aktivitas enzim α-amilase yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis (kode S dan NS), mengukur kadar protein dan menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase.
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah supernatan hasil kultur
cair bakteri B. subtilis pada medium Nutrient Broth yang ditambah dengan pati terlarut 1% (kode S)
dan kultur cair bakteri B. subtilis pada medium
Nutrient Broth tanpa penambahan pati terlarut 1%. Pati terlarut
1%, akuades, protein
standar BSA (Bovin Serum Albumin), reagen bradford
(komposisi 0.025 gram coomassie brilliant blue G250, 12.5 mL etanol pa 95%, 25
mL asam ortofosfat dan aquades), maltosa 0.05 gram, 2 gram NaOH, 36.4
gram Rochele (K, Na tartrat), dan 2 gram
DNS.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung
reaksi, rak tabung reaksi, pipet volumetrik, vorteks, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, mikropipet, spektrofotometri,
centrifuge, kuvet, eppendorf, dan
neraca analitik.
Prosedur Praktikum
Praktikum ini
dibagi menjadi 5 tahap yaitu pembuatan
kurva standar untuk enzim, uji aktivitas
enzim amilase, pembuatan kurva
standar untuk protein, pengukuran kadar
protein, dan penentuan aktivitas spesifik enzim amilase.
Pembuatan Kurva Standar Maltosa
Pembuatan kurva
standar dilakukan dengan membuat konsentrasi larutan standar maltosa.
Perbandingan akuades dan maltosa yang digunakan dalam membuat kurva standar
adalah 1:0, 0.9:0.1, 0.8:0.2, 0.7:0.3, 0.6:0.4, 0.5:0.5. Semua konsentrasi
larutan standar selanjutnya ditambah
dengan 1 mL pati terlarut 1% kemudian diivorteks lalu diinkubasi
pada suhu 30oC selama 15 menit. Selanjutnya masing-masing sediaan ditambah
dengan 2 mL pereaksi DNS lalu diinkubasi pada air mendidih selama 5
menit. Setelah dingin masing-masing
sediaan diukur nilai absorbansinya menggunakan
spektrofotometri pada panjang
gelombang 550 nm.
Uji Aktivitas Enzim α-Amilase
Bahan yang digunakan dalam uji aktivitas enzim amilase
adalah supernatan yang berisi enzim ekstrak kasar. Supernatan diperoleh dari
hasil sentrifugasi masing-masing
kultur cair B.subtilis (kode S dan NS). Sentrifugasi
kultur cair dilakukan dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Uji aktivitas enzim amilase dilakukan dengan beberapa
persiapan sebagai berikut.
1. Persiapan
sampel. Penyiapan sampel uji dilakukan
dengan pengambilan 1 mL pati terlarut 1% sebagai substrat kemudian ditambah
dengan 1 mL supernatan kode
S, dan pada tabung reaksi yang berbeda diisi 1 mL pati terlarut 1% ditambah
dengan 1 mL supernatan kode NS.
2. Persiapan
blanko. Blanko dibuat dengan pengambilan 1 mL pati terlarut 1% ditambah dengan
1 mL akuades. Blanko dibuat 2 kali yaitu sebagai blanko untuk sampel S dan
blanko untuk sampel NS.
3. Persiapan
kontrol. Kontrol dibuat dengan pengambilan 1 mL pati terlarut 1%. Kontrol
dibuat 2 kali yaitu sebagai kontrol untuk sampel S dan kontrol untuk sampel NS.
Pada sampel, blanko, dan kontrol masing-masing dihomogenkan
dengan menggunakan vorteks
lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 30oC. Setelah itu sampel,
blanko, dan kontrol ditambah pereaksi DNS
sebanyak 1 mL. Khusus pada kontrol, satu tabung ditambah dengan 1 mL supernatan kode S dan tabung lain
ditambah dengan 1 mL supernatan kode NS. Selanjutnya
semua sediaan yaitu sampel, blanko, dan kontrol diinkubasi pada air mendidih
selama 5 menit. Setelah itu dibiarkan
dingin dan nilai
absorbansinya diukur dengan
spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Rumus menentukan aktivitas
enzim sebagai berikut.
Keterangan
X2
= gula pereduksi akhir
X1
= gula pereduksi awal
Pembuatan Kurva Standar BSA
Standar protein yang digunakan dalam praktikum ini adalah
BSA. Sebanyak 11 tabung reaksi diisi dengan perbandingan BSA dan aquades yang
berbeda yaitu 0:1; 0.1:0.9; 0.2:0.8; 0.3:0.7; 0.4:0.6; 0.5:0.5; 0.6:0.4;
0.7:0.3; 0.8:0.2; 0.9:0.1; 1:0, sehingga setiap tabung reaksi berisi 1 mL
campuran akuades dan BSA. Selanjutnya diambil 60 µL dari setiap tabung kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi lain yang bersih. Setelah itu masing-masing
tabung ditambahkan 3 mL reagen Bradford kemudian dihomogenkan menggunakan
vorteks lalu didiamkan pada suhu ruang selama 10 menit agar terjadi reaksi
antara reagen dengan protein. Absorbansi diukur dengan panjang gelombang 595
nm.
Pengukuran
Kadar Protein
Kadar protein yang diukur dalam praktikum
ini adalah protein yang
tedapat didalam supernatan kode S dan NS. Masing-masing
protein diambil sebanyak 1
mL kemudian masing-masing ditambahkan 5
mL reagen Bradford. Selain itu
dilakukan pembuatan blanko berisi 1 mL akuades kemudian ditambah dengan 5 mL
Bradford. Selanjutnya sampel dan blanko dihomogenkan menggunakan vorteks kemudian didiamkan pada suhu ruang selama 10 menit.
Absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang
595 nm. Hasil absorbansi pada masing-masing protein sampel dikurangi dengan nilai absorbansi blanko kemudian disubtitusikan kedalam rumus persamaan regresi sehingga akan
didapatkan kadar protein terlarutnya.
Pengukuran Aktivitas Spesifik Enzim
Pengukuran aktivitas spesifik enzim didasarkan pada data
yang telah diperoleh yaitu unit aktivitas enzim dan kadar protein. Rumus aktivitas spesifik enzim adalah aktivitas enzim dibagi
dengan kadar protein.
HASIL
Kurva Standar Maltosa
Nilai-nilai absorbansi yang dihasilkan dari pembacaan spektrofotometri pada
larutan standar digunakan untuk membuat kurva standar. Kurva standar yang
terbentuk menunjukkan nilai R2 sebesar 0.9618 dan persamaan regresi yang didapatkan adalah Y=0.8983x + 0.2658, dapat dilihat pada Gambar 1.
Persamaan regresi tersebut
selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar gula pereduksi (x) yaitu dengan
cara subtitusi nilai absorbansi terkoreksi
(setelah dikurangi dengan nilai absorbansi blanko yaitu 0.071 untuk sampel S
dan 0.147 untuk sampel NS) pada masing-masing sampel dan
kontrol kedalam persamaan regresi sebagai Y. Nilai-nilai
absorbansi tersebut diperoleh dengan pengenceran 3 kali. Kadar gula pereduksi
yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk menghitung aktivitas enzim amilase.
Kadar gula pereduksi sampel merupakan kadar gula pereduksi akhir (X2)
sedangkan kadar gula pereduksi kontrol merupakan kadar gula pereduksi awal (X1).
Tabel 1 menunjukkan kadar gula pereduksi pada masing-masing sampel.
Tabel 1 Kadar Gula Pereduksi
Kode
|
Nilai Absorbansi
|
Kadar gula pereduksi (mg/mL
(X2 – X1)
|
|
Sampel (X2)
|
Kontrol (X1)
|
||
S
|
0,310
|
0,249
|
0,067
|
NS
|
0,029
|
0,134
|
0
|
Aktivitas
Enzim α-Amilase
Kadar gula pereduksi (X2
– X1) yang didapatkan pada masing-masing sampel selanjutnya
dimasukkan kedalam rumus aktivitas enzim. Tabel 2 menunjukkan aktivitas enzim
amilase pada sampel S dan NS.
Tabel 2 Aktivitas Enzim α-Amilase
Kode
|
Gula pereduksi (mg mL-1)
|
Aktivitas enzim (U mL-1)
|
S
|
0.067
|
0.056
|
NS
|
0
|
0
|
Kurva Standar Protein BSA dan Kadar Protein Sampel
Nilai-nilai
absorbansi pada protein standar digunakan untuk membuat kurva standar. Kurva
standar yang dibuat dari protein standar BSA dapat dilihat pada Gambar 2.
Nilai R2 yang dihasilkan dari kurva standar
adalah 0.9571. Persamaan regresi yang didapatkan dari kurva standar BSA yaitu
Y=0.4976x
+ 0.0498
Persamaan tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar protein sampel
(x) yaitu dengan cara subtitusi nilai absorbansi dari masing-masing protein
sampel ke dalam persamaan regresi sebagai Y. Nilai absorbansi protein sampel S dan NS dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kadar
Protein
Kode
|
Nilai absorbansi
|
Kadar protein (mg/mL)
|
|
Sampel
|
Blanko
|
||
S
|
0,293
|
0,175
|
0,137
|
NS
|
0,238
|
0,027
|
Aktivitas Spesifik Enzim α-Amilase
Aktivitas enzim dan kadar protein
yang telah diketahui selanjutnya digunakan untuk menentukan aktivitas spesifik
enzim. Rumus aktivitas spesifik enzim adalah aktivitas enzim dibagi dengan
kadar protein. Tabel 4
menunjukkan aktivitas spesifik enzim pada sampel S dan NS.
Tabel 4 Aktivitas Spesifik Enzim α- Amilase
Kode
|
Aktivitas enzim (U mL-1)
|
Kadar protein (mg mL-1)
|
Aktivitas Spesifik (U mg-1)
|
S
|
0,039
|
0,137
|
0,409
|
NS
|
0
|
0,027
|
0
|
PEMBAHASAN
Bacillus subtilis merupakan bakteri yang telah diketahui mampu menghasilkan
enzim α-amilase secara ekstraseluler. B. subtilis akan
mensintesis enzim untuk mendegradasi substrat (sumber karbon) hanya ketika
substrat tersebut tersedia dalam lingkungan sel (Madigan et al. 2015). Sistem tersebut dikenal sebagai inducible
system. Hal itu juga didukung oleh hasil praktikum yang menunjukkan
bahwa supernatan hasil kultur cair bakteri B.
subtilis dalam medium yang mengandung pati (kode S) mengandung enzim α-amilase dengan aktivitas enzim sebesar
0.056 U mL-1, sedangkan supernatan hasil kultur cair bakteri B. subtilis tanpa penambahan pati (kode
NS) tidak mengandung enzim amilase sehingga aktivitas enzim yang dihasilkan 0 U
mL-1.
Pengukuran aktivitas enzim dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu berdasarkan produk dan berdasarkan substrat. Pada praktikum ini
dilakukan pengukuran enzim berdasarkan produk yang dihasilkan. Produk yang
dihasilkan merupakan maltosa yaitu gula pereduksi hasil hidrolisis pati oleh
enzim α-amilase. Kadar gula pereduksi dalam sampel S adalah sebesar 0.067 mg mL-1,
sedangkan pada sampel NS tidak mengandung gula pereduksi karena tidak ada
substrat amilum dan tidak ada enzim α-amilase yang dihasilkan oleh B. subtilis. Pengukuran aktivitas enzim
dilakukan dengan menggunakan metode kolorimetri yaitu dengan menggunakan reagen
3.5-dinitrosalicylic
acid (DNS). Prinsip reagen DNS adalah
berikatan dengan gula pereduksi membentuk 3-amino nitrosalicylic acid dan gula
teroksidasi (Wood et al 2012).
Enzim merupakan protein sehingga enzim dapat diukur
berdasarkan kadar proteinnya. Pengukuran kadar protein yang dilakukan dalam
praktikum ini menggunakan metode Bradford. Metode Bradford merupakan metode
kolorimetri dye-binding yaitu
terbentuknya kompleks antara asam amino penyusun protein dengan Coomassie
Brilliant Blue G250 (CBB G250) dalam kondisi asam. CBB
G250 akan berwarna biru ketika berikatan dengan protein (kompleks
pewarna-protein). Jumlah ikatan antara pewarna dengan protein dapat diukur pada
panjang gelombang 595 nm. Kelompok asam sulfonat anion pada pewarna akan
berpasangan dengan bagian kation pada asam amino lisin, arginin, histidin.
Selain itu, pewarna juga dapat berikatan dengan asam amino nonopolar
(fenilalanin, triptofan, dan tirosin) pada bagian hidrofobik (Sapan et al. 1999; Georgiou et al. 2008). Pada sampel S diketahui kadar protein yang terukur
sebesar 0.137 mg mL-1, sedangkan kadar protein sampel NS sebesar
0.027 mg mL-1. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar protein yang
terukur pada sampel S pasti termasuk kadar enzim α-amilase, sedangkan kadar
protein pada sampel NS bukan enzim α-amilase namun protein lain dari medium.
Hasil pengukuran aktivitas enzim dan kadar protein selanjutnya
dapat digunakan untuk menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase. Aktivitas
spesifik enzim α-amilase pada sampel S diketahui sebesar 0.409 U mg-1,
sedangkan sampel NS tidak memiliki aktivitas spesifik enzim karena sampel NS
diketahui tidak menghasilkan enzim α-amilase.
SIMPULAN
Simpulan dalam praktikum ini adalah sampel S mengandung
enzim α-amilase sedangkan sampel NS tidak mengandung enzim α-amilase. Aktivitas
enzim α-amilase pada sampel S sebesar 0.056 U mL-1, sedangkan sampel
NS tidak memiliki aktivitas enzim. Kadar protein sampel S sebesar 0.137 mg mL-1,
sedangkan kadar protein sampel NS sebesar 0.027 mg mL-1. Aktivitas
spesifik enzim α-amilase pada sampel S adalah 0.409 U mg-1,
sedangkan pada sampel NS tidak memiliki aktivitas spesifik enzim α-amilase.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus